Aku, Hujan, dan Dia yang Tercinta


HUJAN…

Entah kenapa aku selalu suka dengan hujan. Ada sesuatu di sana, ketika titik-titk air secara perlahan jatuh, makin lama makin deras. Selalu ada cerita dan kisah di antara hujan yang turun.

Setiap hujan turun, momen itu selalu dimanfaatkan untuk menghadap kepada sang pencipta. Bercerita kepada Dia, apa saja. Dan, sangat bersyukur ketika hujan itu turun, bertepatan dengan waktu shalat wajib lima waktu.

untitled-5

Dan, di atas sajadah inilah aku akan menangis seiring dengan turunnya hujan. Air mata biasanya secara tak sadar mengalir, seiring doa yang dimunajatkan dalam setiap takbir. Papa… Begitu wajah yang selalu muncul ketika hujan turun dan doa. Setiap hujan datang, aku selalu merasa Papa selalu datang dan hadir. Dia ada di samping sembari tersenyum, menanti doa putrinya.

Dan, hari ini, hujan deras turun Rabu, 7 Oktober 2015, sore. Saat shalat Ashar, air mata ini bercucuran– teringat kembali dengan Papa– tanpa bisa dibendung.

Doa pun dimunajatkan kepada pemilik seisi dunia ini. Doa terbaik untuk Papa, dilapangkan selalu kuburnya, diharumkan kuburnya. Selalu diberi kemudahan di sana — di alam yang tak pernah aku tahu apa bentuknya.

Rindu yang bertahun-tahun selalu dipendam dan tak tahu mau diapakan bisa dilepas atas sajadah hijau ini. Seluruh isi alam ini, tanaman, dedaunan, bunga, pohon ikut berdoa. ooooh, ya Allah semoga orang yang tercinta selalu engkau jaga, engkau jauhi dari siksa kubur dan api neraka. Engkau berikan syorga yang indah untuk dia.

Dan, hujan tolong selalu sampaikan dan bawalah rasa rindu ini untuk dia yang tercinta. Yang kasih sayangnya hanya aku rasakan 18 tahun……

Tinggalkan komentar